Hampir semua orang pasti mengira bahwa kita hanya bisa melihat langsung proses tenun bila kita mengunjungi pulau Lombok karena terkenal akan tenun songketnya. Tapi tahukah kamu bahwa ternyata Yogyakarta juga memiliki desa di mana masyarakatnya masih mempertahankan tradisi tenun dengan menggunakan alat tenun manual-tradisional ? Nama salah satu daerahnya adalah Desa Gatak, Sumberagung yang terletak di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman.
Di desa ini, salah satu keluarga dari siswa SD Teladan Yogyakarta masih ada yang menekuni kegiatan menenun dengan alat tenun manual (tradisional). Sangat jadul mungkin kalau bahasa anak sekarang. Bagaimana tidak, di tengah canggihnya mesin tenun modern, warga masih memilih menggunakan alat tenun manual yang mereka buat sendiri. Peralatan tenun terbuat dari kayu yang usianya puluhan tahun. Pemintal benang dibuat dari roda sepeda yang sudah tidak terpakai. Semuanya digerakkan dengan tenaga manusia. Produk yang dihasilkan adalah stagen, yaitu kain panjang yang ukuran panjangnya bisa mencapai 2 (dua) hingga 4 (empat) meter. Biasanya penenun stagen ini adalah ibu-ibu dengan usia rata-rata 50-80 tahun. Hebatnya, mereka memiliki ketelatenan dan keuletan yang sangat tinggi.
Inilah pengalaman kami ketika berkunjung ke salah satu teman kami yang bernama Muhammad Ahnas Razavi Wibisono.